kisah sahabat nabi muhamad saw pada jamanya terdahulu mengenai se ekor anjing , perlu diketahui bahwa air liur anjing memang najis akan tetapi anjing juga adalah makluh ciptaanNYA sehingga dalam kisah ini bisa kita ambil hihmah yang luar biasa untuk bisa menghilangkan najis dalam hati kita masing-masing.
SIFAT TAWADHU ini memang harus di capai guna untuk mengerti akan sifat-sifat rasullulah karena sifat rendah hati , cinta kasih , mengayomi ini adalah sifat nabi muhamad saw dan para sahabat nabi pun turut menganut sifat-sifat tawadhu yang di miliki nabi muhamad , seperti yang akan dikisahkan dalaman kisah ini dari sahabat nabi Abu Yazid al-Bisthami.
Di tengah perjalanan malamnya, Abu Yazid al-Bisthami bertemu dengan seekor anjing.
*Dengan sigap, diangkatlah gamisnya, dengan maksud agar tidak terkena najisnya*.
Spontan anjing tersebut berhenti dan memandang Abu Yazid.
*Atas kuasa Allah, Abu Yazid mendengar anjing tersebut berbicara, kepadanya* :
"Wahai Yazid, tubuhku ini kering, tidak akan menimbulkan najis kepadamu.
*Jika pun terkena najisku, engkau tinggal membasuhnya 7x, dengan air dan tanah*. Maka najisku akan hilang, namun jika engkau angkat gamismu, karena berbaju manusia, merasa lebih mulia dan menganggap aku hina, *maka najis di dalam hatimu, tidak akan mampu terhapus, walaupu kaubersihkan dengan air dari 7 samudera"*.
Abu Yazid terkejut mendengar perkataan anjing tersebut.
*Dia menunduk malu, dan segera meminta maaf kepada si anjing*.
Diajaknya anjing tersebut bersahabat dan mengikuti perjalanannya, *tetapi anjing itu menolak*.
Kemudian anjing itu berkata:
*"Engkau tidak mungkin bersahabat dan berjalan denganku, karena orang2 yang memuliakanmu akan mencemooh kamu dan melempariku dengan batu*.
Aku juga tidak tahu mengapa mereka menganggap aku hina, *padahal aku telah berserah diri kepada Penciptaku atas wujud ini*.
Lihatlah...
Tidak ada yang aku bawa, bahkan sepotong tulang sebagai bekalku saja tidak.
Sementara engkau masih membawa bekal sekantong gandum".
*Kemudian anjing tersebut berlalu..*
Dari jauh Abu Yazid memandangi anjing tersebut, berjalan meninggalkannya.
Tidak terasa air mata Abu Yazid menetes, dan ia berkata dalam hati:
*"Ya Rabb, untuk berjalan dng seekor anjing ciptaan-Mu saja aku merasa tidak pantas*
Bagaimana aku bisa pantas berjalan dengan-Mu?
*Ampunilah aku, sucikanlah najis di dalam kalbuku ini..."*.
*Masyā Allāh...*
▪Jangan pernah *MERASA LEBIH MULIA* daripada seluruh ciptaan Allah.
▪ Jangan pula merasa lebih baik, lebih terhomat daripada orang lain, *karena Allah melihat kalbumu bukan penampilan fisik dan lahirmu*.
▪ Kebaikan hati tidak perlu diungkapkan, *Allah Maha Mengetahui ketulusan dan keikhlasan kita*.
▪ Tawadu di dalam iman dan akhlak. Bening hati dengan *dzikrullah & qiyamul lail*.
*Semoga Allah SWT menjadikan kalbu kita bening dan bersih dari segala kotoran*, penyakit lahir dan batin sehingga tidak mau setitik pun menilai, mencela dan membuli orang lain, siapa pun dia...
امين يارب العالمين
Pelajaran yang sangat berharga yang bisa kita ambil dari kisah tersebut :
رواه الإمام مسلم في صحيحه من حديث عبد الله بن مسعود رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
( لا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ، قَالَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا، وَنَعْلُهُ حَسَنَةً، قَالَ: إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ، وَغَمْطُ النَّاسِ)
[ مسلم، الترمذي، أبو داود، ابن ماجه، أحمد ]
Imam Muslim dalam kitab Shahihnya, hadits dari Abdullah bin Mas’ud ra. Nabi saw bersabda: “Tidak akan masuk surga, seseorang yang di dalam hatinya masih ada seberat biji dzarrah dari kesombongan (merasa lebih baik)”. Seorang laki-laki bertanya, bahwa seorang laki-laki suka kalau berpakaian yang baik, sandalnya baik? Beliau menjawab: “Sesungguhnya Allah itu indah (bagus), mencintai hal yang baik, kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia” (Riwayat Muslim, at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Bagi seorang sufi, meremehkan anjing saja, ternyata kemudian merasa mendapat teguran dan tamparan yang akhirnya menyadarkan Abu Yazid al-Busthamy. Karena hati imam Abu Yazid, sudah sangat sensitif untuk menerima sentuhan atau bahkan percikan ilmu dari Allah melalui apa saja, termasuk melalui tatapan mata seekor anjing.
Ini karena perjalanan kesufian Abu Yazid sudah sampai pada tingkatan ittihad atau menyatu dengan Tuhan, sehingga bahasa anjing yang tak berkalimat, bisa seakan dialog dengan dirinya dan bahkan menyergapnya, sekaligus menyadarkan betapa masih ada sisa kesombongan di dalam hati yang harus segera dibuang jauh-jauh. Makanan yang halal menjadi bagian penting proses keberhasilan seorang hamba menuju jalan Allah.
SIFAT TAWADHU ini memang harus di capai guna untuk mengerti akan sifat-sifat rasullulah karena sifat rendah hati , cinta kasih , mengayomi ini adalah sifat nabi muhamad saw dan para sahabat nabi pun turut menganut sifat-sifat tawadhu yang di miliki nabi muhamad , seperti yang akan dikisahkan dalaman kisah ini dari sahabat nabi Abu Yazid al-Bisthami.
Di tengah perjalanan malamnya, Abu Yazid al-Bisthami bertemu dengan seekor anjing.
*Dengan sigap, diangkatlah gamisnya, dengan maksud agar tidak terkena najisnya*.
Spontan anjing tersebut berhenti dan memandang Abu Yazid.
*Atas kuasa Allah, Abu Yazid mendengar anjing tersebut berbicara, kepadanya* :
"Wahai Yazid, tubuhku ini kering, tidak akan menimbulkan najis kepadamu.
*Jika pun terkena najisku, engkau tinggal membasuhnya 7x, dengan air dan tanah*. Maka najisku akan hilang, namun jika engkau angkat gamismu, karena berbaju manusia, merasa lebih mulia dan menganggap aku hina, *maka najis di dalam hatimu, tidak akan mampu terhapus, walaupu kaubersihkan dengan air dari 7 samudera"*.
Abu Yazid terkejut mendengar perkataan anjing tersebut.
*Dia menunduk malu, dan segera meminta maaf kepada si anjing*.
Diajaknya anjing tersebut bersahabat dan mengikuti perjalanannya, *tetapi anjing itu menolak*.
Kemudian anjing itu berkata:
*"Engkau tidak mungkin bersahabat dan berjalan denganku, karena orang2 yang memuliakanmu akan mencemooh kamu dan melempariku dengan batu*.
Aku juga tidak tahu mengapa mereka menganggap aku hina, *padahal aku telah berserah diri kepada Penciptaku atas wujud ini*.
Lihatlah...
Tidak ada yang aku bawa, bahkan sepotong tulang sebagai bekalku saja tidak.
Sementara engkau masih membawa bekal sekantong gandum".
*Kemudian anjing tersebut berlalu..*
Dari jauh Abu Yazid memandangi anjing tersebut, berjalan meninggalkannya.
Tidak terasa air mata Abu Yazid menetes, dan ia berkata dalam hati:
*"Ya Rabb, untuk berjalan dng seekor anjing ciptaan-Mu saja aku merasa tidak pantas*
Bagaimana aku bisa pantas berjalan dengan-Mu?
*Ampunilah aku, sucikanlah najis di dalam kalbuku ini..."*.
*Masyā Allāh...*
▪Jangan pernah *MERASA LEBIH MULIA* daripada seluruh ciptaan Allah.
▪ Jangan pula merasa lebih baik, lebih terhomat daripada orang lain, *karena Allah melihat kalbumu bukan penampilan fisik dan lahirmu*.
▪ Kebaikan hati tidak perlu diungkapkan, *Allah Maha Mengetahui ketulusan dan keikhlasan kita*.
▪ Tawadu di dalam iman dan akhlak. Bening hati dengan *dzikrullah & qiyamul lail*.
*Semoga Allah SWT menjadikan kalbu kita bening dan bersih dari segala kotoran*, penyakit lahir dan batin sehingga tidak mau setitik pun menilai, mencela dan membuli orang lain, siapa pun dia...
امين يارب العالمين
Pelajaran yang sangat berharga yang bisa kita ambil dari kisah tersebut :
pertama, kita bangun sifat dan sikap rendah hati.
Buang jauh-jauh kesombongan, keangkuhan, dan memuji-muji diri sendiri.
Karena kesombongan hanya akan membakar diri siapa saja yang masih dihinggapi kesombongan, keangkuhan, dan sifat-sifat negatif lainnya.
Rasulullah saw berkata :
Rasulullah saw berkata :
رواه الإمام مسلم في صحيحه من حديث عبد الله بن مسعود رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
( لا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ، قَالَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا، وَنَعْلُهُ حَسَنَةً، قَالَ: إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ، وَغَمْطُ النَّاسِ)
[ مسلم، الترمذي، أبو داود، ابن ماجه، أحمد ]
Imam Muslim dalam kitab Shahihnya, hadits dari Abdullah bin Mas’ud ra. Nabi saw bersabda: “Tidak akan masuk surga, seseorang yang di dalam hatinya masih ada seberat biji dzarrah dari kesombongan (merasa lebih baik)”. Seorang laki-laki bertanya, bahwa seorang laki-laki suka kalau berpakaian yang baik, sandalnya baik? Beliau menjawab: “Sesungguhnya Allah itu indah (bagus), mencintai hal yang baik, kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia” (Riwayat Muslim, at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Bagi seorang sufi, meremehkan anjing saja, ternyata kemudian merasa mendapat teguran dan tamparan yang akhirnya menyadarkan Abu Yazid al-Busthamy. Karena hati imam Abu Yazid, sudah sangat sensitif untuk menerima sentuhan atau bahkan percikan ilmu dari Allah melalui apa saja, termasuk melalui tatapan mata seekor anjing.
Ini karena perjalanan kesufian Abu Yazid sudah sampai pada tingkatan ittihad atau menyatu dengan Tuhan, sehingga bahasa anjing yang tak berkalimat, bisa seakan dialog dengan dirinya dan bahkan menyergapnya, sekaligus menyadarkan betapa masih ada sisa kesombongan di dalam hati yang harus segera dibuang jauh-jauh. Makanan yang halal menjadi bagian penting proses keberhasilan seorang hamba menuju jalan Allah.
Demikianlah kisah sahabat Rasullulah tentang pengertian najis dalam hati semoga dengan mengetahuinya kita bisa membersihkan najis dalam hati kita.