-->






Iklan

MUTIAH wanita pertama masuk SURGA Kata Rasulullah

Surga dibawa telapak kaki ibu , dalam kisah nabi besar muhamad saw sang rasul allah dikisahkan bahwa wanita pertama yang akan masuk surga ialah "Mutiah"
perlu di dicermati bahwa dalam kisah sang rasul ini sifat yang bisa membawa masuk surga (ahli surga) di antaranya bakti/kebaktian,bermurah hati,penyayang dan iman kepada allah swt.

wanita pertama kali masuk surga adalah mutia

jika anda terutama kaum wanita mendambakan surga di kelak nanti alangkah baiknya jika anda membaca sampai tuntas kisah Mutiah wanita pertama kali masuk surga ini.
dalam kisah ini cukup jelas yang bilang mutia wanita pertama kali masuk surga adaalah sang rasul sendiri beliau menjawab dari pertanyaan sang putri muhamad saw yaitu fatimah.
selengkapnya silahkan simak kisahnya di bawah ini

Siti Mutiah wanita pertama kali yang akan masuk surga

Suatu ketika, Siti fatimah (putri nabi muhamad saw) bertanya kepada Rosulullah (nabi muhamad saw) Siapakah Perempuan yang kelak pertama kali masuk surga?
Rosulullah menjawab :” Dia adalah seorang wanita yang bernama Muti’ah”.
seketika itu Siti Fatimah terkejut, Ternyata bukan dirinya, seperti yang dibayangkannya. Mengapa justru orang lain, padahal dia adalah putri Rosulullah sendiri? Maka timbullah keinginan fatimah untuk mengetahui siapakah gerangan permpuan Mutia itu? Dan apakah yang telah di perbuatnya hingga dia mendapat kehormatan yang begitu tinggi masuk surga pertama?

Kemudian Fatimah setelah minta izin kepada suaminya, Ali Bin Abi Thalib, Siti Fatimah berangkat mencari rumah kediaman Muti’ah , Putranya yang masih kecil yang bernama Hasan diajak ikut serta.
selanjutnya ketika siti fatimah tiba di rumah Muti’ah,
Siti Fatimah mengetuk pintu seraya memberi salam, “Assalamu’alaikum…”
Mutiah menjawab “Wa’alaikumussalaam.. Siapa di luar?” terdengar jawaban yang lemah lembut dari dalam rumah. Suaranya cerah dan merdu.
“Saya Fatimah, Putri Rasulullah,” sahut Fatimah kembali.
Mutiah memberikan jawaban lagi “Alhamdulillah, alangkah bahagia saya hari ini Fatimah, putri Rosululah, sudi berkunjung ke gubug saya,” terdengar kembali jawaban dari dalam. Suara itu terdengar ceria dan semakin mendekat ke pintu.
“Sendirian, Fatimah?” tanya seorang perempuan sebaya dengan Fatimah, Yaitu Muti’ah seraya membukakan pintu.
“Aku ditemani Hasan,” jawab Fatimah.
“Aduh maaf ya,” kata Muti’ah, suaranya terdengar menyesal. Saya belum mendapat izin dari suami saya untuk menerima tamu laki-laki.”
“Tapi Hasan kan masih kecil?” jelas Fatimah.
“Meskipun kecil, Hasan adalah seorang laki-laki. Besok saja Anda datang lagi, ya? saya akan minta izin dulu kepada suami saya,” kata Mutiah dengan menyesal.
Sambil menggeleng-gelengkan kepala , Fatimah pamit dan kembali pulang.

Keesokan harinya Fatimah datang kembali ke rumah Muti’ah, kali ini Fatimah ditemani oleh ke 2 anaknya Hasan dan Husain. Bertiga mereka mendatangi rumah Muti’ah.
Setelah memberi salam dan dijawab gembira, masih dari dalam rumah Muti’ah bertanya:
“Kau masih ditemani oleh Hasan, Fatimah..? 
"ia saya sama hasan dan anak saya yang satu lagu husain

 “Ha..? Kenapa kemarin tidak bilang? kalau husain di ajak juga fatimah.. Suami saya sudah memberi izin.cuma untuk Hasan, dan untuk Husain belum, Maaf ya fatimah Terpaksa saya tidak bisa menerimanya, “ dengan perasaan menyesal, Muti’ah kali ini juga menolak.
Hari itu Fatimah gagal lagi untuk bertemu dengan Muti’ah.

Dan keesokan harinya Fatimah hasan dan husain kembali lagi, kemudian mereka disambut baik oleh Mutiah dirumahnya.
Keadaan rumah Mutiah sangat sederhana, tak ada satupun perabot mewah yang menghiasi rumah itu. Namun, semuanya teratur rapi. Tempat tidur yang terbuat dengan kasar juga terlihat bersih, alasnya yang putih, dan baru dicuci. Bau dalam ruangan itu harum dan sangat segar, membuat orang betah tinggal di rumah.

Fatimah sangat kagum melihat suasana yang sangat menyenangkan itu, sehingga Hasan dan Husain yang biasanya tak begitu betah berada di rumah orang, kali ini nampak asyik bermain-main.
“Maaf ya, saya tak bisa menemani Fatimah duduk dengan tenang, sebab saya harus menyiapkan makan buat suami saya,” kata Mutiah sambil mondar mandir dari dapur ke ruang tamu.
Mendekati tengah hari , masakan itu sudah siap semuanya, kemudian ditaruh di atas nampan. Mutiah mengambil cambuk, yang juga ditaruh di atas nampan tersebut.
“Suamimu bekerja dimana?” Tanya Fatimah
“Di ladang,” jawab Muti’ah.
“Pengembala?” Tanya Fatimah lagi.
“Bukan. Bercocok tanam.”
“Tapi, mengapa kau bawakan cambuk?”
“Oh, itu..?” sahut Mutiah denga tersenyum.” Cambuk itu kusediakan untuk keperluan lain. Maksudnya begini, kalau suami saya sedang makan, lalu kutanyakan apakah maskan saya cocok atau tidak? Kalau dia mengatakan cocok, maka tak akan terjadi apa-apa. Tetapi kalau dia bilang tidak cocok, cambuk itu akan saya berikan kepadanya, agar punggung saya dicambuknya, sebab berarti saya tidak bisa melayani suami dan menyenangkan hatinya.”
“Apakah itu kehendak suamimu?” Tanya Fatimah keheranan.
“Oh, bukan! Suami saya adalah seorang penuh kasih sayang. Ini semua adalah kehendakku sendiri, agar aku jangan sampai menjadi istri yang durhaka kepada suami.”

tak hanya itu, saat itu masih ada benda kipas dan kain kecil.
“Buat apa benda ini Muthi’ah?” Siti Muthi’ah tersenyam malu. Namun setelah didesak iapun bercerita. “Engkau tahu Fatimah, suamiku seorang pekerja keras memeras keringat dari hari ke hari. Aku sangat sayang dan hormat kepadanya. Begitu kulihat ia pulang kerja, cepat-cepat kusambut kedatangannya. Kubuka bajunya, kulap tubuhnya dengan kain kecil ini hingga kering keringatnya. Ia-pun berbaring ditempat tidur melepas lelah, lalu aku kipasi beliau hingga lelahnya hilang atau tertidur pulas”

Mendengar penjelasan itu, Fatimah menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian ia meminta diri, pamit pulang.

“Pantas saja nabi besar muhamad saw sang rasulallah mengatakan kalau mutiah adalah wanita pertama yang akan masuk surga.
dan fatimahpun berbicara dalam hati memang pantas kalau Mutiah kelak menjadi seorang perempuan yang pertama kali masuk surga,” kata Fatimah dalam hati, di tengah perjalananya pulang, “Dia sangat berbakti kepada suami dengan tulus. Perilaku kesetiaan semacam itu bukanlah lambang perbudadakan wanita oleh kaum lelaki, Tapi merupakan cermin bagi citra ketulusan dan pengorbanan kaum wanita yang harus dihargai dengan perilaku yang sama.”

Sungguh mulia Siti Muthi’ah, wanita yang taat berbakti kepada suaminya. maka tidaklah salah jika dia wanita pertama yang akan masuk surga.

Demikianlah kisah rasul mengenai hal wanita yang akan masuk surga kelak , dengan mengetahui kisah rasulallah ini khususnya kaum perempuan maka hendahnya bisa sedikit demi sedikit untuk bisa menteladani sikap perilakunya Mutiah.
Komentar

Tampilkan

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah mengunjungi jasa setting Website / Jasa Pembuatan Website www.jasa-website.web.id semoga bermanfaat , kontak 081399167240

Komputer

+